Just Another Monkey Business

Apa sih Monkey Business, apakah segerombolan anak-anak kera yang sedang berdagang? atau perdagangan hewan berjenis Monyet? Menurut http://www.learnersdictionary.com Monkey business memiliki arti playful tricks or jokes untuk istilah yang digunakan dalam sebuah gurauan, misalnya ;

Our teacher warned us not to try any monkey business while she was out of the room

Atau dalam konteks lain artinya pun berbeda; illegal or improper activity or behavior untuk istilah yang digunakan secara politis. Misalnya seseorang berkata saat melihat sidang di DPR:. “Those man have some serious monkey business going on”. Nah belakangan ini sedang marak nih Monkey Business di Indonesia, perkaranya apa? masih ingat dengan tumbuhan anthurium kan yang dulu sempat booming?

Baca juga : Captain Marvel, Awal Terbentuknya Avengers

Saat tengah booming tanaman anthurium atau gelombang cinta (2007-2011an) harga tanaman ‘dewasa’-nya bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Untuk bibitnya saja dijual seharga 250.000, tapi sekarang nasibnya sangat tragis. Penggila tanaman hias pun bakal berfikir berkali-kali jika ditawarkan membeli bibit anthurium seharga 5000. Bayangkan 250.000 berbanding 5.000! Yang membuat anthurium menjadi booming tentu makin kaya, yang jadi korban jelas konsumen yang udah terlanjur membeli.

Lalu?

Mirip kasusnya dengan ikan Louhan, akan tapi ikan Louhan sampai sekarang harganya (untuk jenis US dan Taiwan) cenderung stabil. Kecuali untuk Louhan lokal, dimana pada sekitar akhir tahun 2000-an harganya berada dikisaran 1-2 jutaan. Sedangkan saat ini berada di angka ratusan ribu saja.

Nah, beberapa tahun belakangan mulai terbit lagi nih another monkey business. Seperti apa Monkey business-nya? Agar lebih mudah dimengerti, maka akan kami sampaikan dalam sebuah cerita singkat.

Begini ceritanya…

“…. Suatu hari di sebuah desa, hiduplah seorang yang kaya raya yang mengumumkan akan membeli batu akik dengan harga Rp. 50.000,- per biji. Padahal di desa itu, batu akik sama sekali nggak ada harganya, karena jumlahnya yang banyak dan hanya dianggap batu biasa.

Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak batu akik disekitar desa pun kemudian mulai menggali-gali dan memolesnya satu persatu.

Kemudian si orang kaya membeli ribuan batu akik dengan harga Rp 50.000,- . Karena pengambilan secara besar-besaran akhirnya batu akik semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk mencari batu akik tersebut.

Tidak habis akal, si orang kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan membeli batu akik dengan harga Rp100.000/ biji. Tentu saja hal ini memberi semangat dan “angin segar” bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk mencari batu akik lagi. Tak berapa lama, jumlah batu akik pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari. Kemudian penduduk pun kembali ke aktivitas seperti biasanya, yaitu bertani.

Karena batu akik kini telah langka, harga batu akik pun meroket naik hingga Rp 150.000,- / bijinya. Tapi tetap saja batu akik sudah sangat sulit dicari. Sekali lagi si orang kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli akik dengan harga Rp 500.000,-/ biji!

Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis, asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya. Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata pada penduduk desa:. “Lihatlah batu-batu akik yang ada di gudang besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual batu-batu akik itu kepada kalian dengan harga Rp 350.000,- / biji. Dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,- . Bagaimana…?”.

Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua batu yang ada di gudang. Penduduk desa pun senang bukan main, karena akhirnya mereka dapat memiliki batu akik yang berharga itu. Dan nanti bakal laku dijual ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,-. Tapi,…

Kemudian…


Mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten di desa itu!

Si orang kaya dan asistennya pergi ke rumahnya dikota sambil menikmati hasil penjualan ratusan akik yang dihargai Rp 350.000/ biji. Sementara, penduduk desa mulai berhenti berharap lalu meratapi nasib mereka yang keilangan semua tabungan untuk batu akik. Yang pada dasarnya emang banyak didesa mereka…”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *