Apa jadinya jika Dodit Mulyanto yang jenaka dipasangkan dengan Shandy Aulia dalam sebuah film komedi romantis? Hal ini bakalan kamu lihat di film berjudul Cinta Itu Buta. Sutradara Rachmania Arunita yang pernah menggarap Lost in Love (2008) dipercaya untuk menggarap film ini.
Diadaptasi dari film buatan Filipina berjudul Kita-Kita, berikut sinopsis dan ulasan dari film Cinta Itu Buta!
Film Cinta Itu Buta bercerita tentang Diah (Shandy Aulia) sangat bahagia bisa tinggal di Korea Selatan. Hidupnya layaknya drama Korea yang indah dan terasa mudah untuk dijalani.

Ia menjadi pemandu wisata di Korea Selatan dan memiliki pacar yang romantis bernama Jun Ho (Chae In-Woo). Namun, hidupnya berubah 180 derajat saat Jun Ho selingkuh dengan sahabat Diah, Sandra (Gemilang Sinatrya).
Baca juga : Review Film Joker: Representasi Kebobrokan Sistem Sosial di Masyarakat yang Melahirkan ‘Si Badut’
Diah akhirnya menjadi sangat sedih dan stres. Karena stres itu, Diah mengalami kebutaan yang membuatnya semakin terpuruk. Namun, di saat sedihnya itu, Nik (Dodit Mulyanto) datang ke hidup Diah.

Ia membawakan sarapan untuk Diah setiap hari, mengajak Diah jalan-jalan, dan membuat Diah tersenyum lagi.
Tanpa Diah sadari, ia jatuh cinta dengan kebaikan Nik. Di balik kebaikan Nik, tersimpan rahasia besar yang dijamin akan mengejutkan Diah.
Buat saya pribadi, premis cerita dari film Cinta Itu Buta itu terbilang menjanjikan untuk sebuah genre komedi romantis. Hanya saja, eksekusinya sangatlah mengecewakan.

Cinta Itu Buta sebenarnya punya semua formula umum buat film komedi romantis. Cerita tentang sepasang karakter utama dengan tabiat berseberangan, yang anehnya akan terasa sempurna untuk saling melengkapi jelas formula film komedi romantis yang (bisa jadi) apik.
Masalahnya, kisah cinta yang coba dibangun untuk Nik dan Diah terlalu serba kebetulan dan klise sehingga tidak logis. Contohnya, bagaimana Diah bertemu Jun Ho di kedai minuman, hingga bagaimana Nik memperlakukan dan menguntit sebelum Diah sakit sampai akhirnya buta.

Layaknya film komedi romantis lawas, cerita dari Cinta Itu Buta terlalu berfokus pada Nik dan Diah. Semua karakter tambahan di film Cinta Itu Buta terasa hanya “tempelan” dan tidak punya motivasi cerita yang solid.
Untuk film yang berbiaya besar (of course, karena syutingnya kan di Korea Selatan), eksekusi ceritanya terasa terlalu dangkal. Padahal, dengan lokasi seindah Busan, harusnya film ini bisa dieksekusi dengan pendalaman cerita yang jauh lebih baik.
Beberapa plot di dalam film Cinta Itu Buta ini terkesan meloncat-loncat. Perpindahan satu adegan ke adegan lain pun masih terasa kurang nyaman. Bahkan, sejak awal perpindahan latar lokasi Indonesia menuju Korea terasa hadir tanpa benang merah yang jelas.

Belum lagi, akting Shandy Aulia yang sudah punya pengalaman bertahun-bertahun berperan di film tampaknya masih berkali-berkali terlihat kaku layaknya amatiran. Untuk ukuran seorang aktris film berpengalaman, akting Shandy Aulia memang cukup mengganggu.
Baca juga : Review Film Bebas: Nostalgia Hangat Tentang Persahabatan yang Tak Lekang oleh Usia
Yang mengejutkan, justru Dodit Mulyanto bisa tampil lebih “lepas” dalam berakting ketimbang Shandy Aulia di film Cinta Itu Buta. Dodit yang sebelumnya lebih banyak tampil sebagai pemeran pembantu di film-film lainnya.

Kali ini, Dodit didapuk sebagai pemeran utama di sebuah film Cinta Itu Buta dan mampu menampilkan performa yang cukup baik.
Hal ini mungkin cukup terbantu mengingat karakter Nik yang ia perankan memang diplot sama seperti keluguan yang sering ia tampilkan. Aneka jokes “bapak-bapak grup WA” cringe yang ia lontarkan juga tergolong mudah dicerna untuk membuat penonton ikut tertawa saat menontonnya.
Overall, Cinta Itu Buta bisa diberikan rating sebesar 6.1/10 karena menyuguhkan visual lumayan dan premis menarik namun dieksekusi dengan kedalaman cerita yang dangkal juga mengecewakan.