Kali ini Godzilla tak muncul sendirian, Sang raja monster bertemu dengan para Titan lain yang selama ini ‘tersembunyi’ didalam kerak bumi. Konsekuensi pertemuan para Titan ini tentu saja: pertarungan. Pertarungan yang kemudian memicu kerusuhan dan kerusakan besar dimuka bumi.
Terbebasnya Para Titans
Jonah Alan (Charles Dance) seorang pimpinan teroris asal Inggris mencoba membebaskan para Titans dari tempat persembunyiannya. Tujuannya sederhana, agar keseimbangan alam kembali tertata.
Nyatanya, gagasan tersebut bukanlah datang dari dirinya sendiri, melainkan dari Dr. Emma Russell (Vera Farmiga). Dr. Emma adalah pimpinan Monarch, sebuah organisasi milik pemerintah yang khusus melakukan penilitian terhadap kelompok Titans yang selama ini hidup di dalam kerak bumi. Emma yang selama ini diberi kepercayaan untuk ‘menyembunyikan’ keberadaan para Titans, justru melepaskan para Titans dan membiarkan mereka ‘merusak’ tatanan kehidupan manusia.
Baca juga : Review Film Aladdin 2019, Sukses Mengadaptasi versi Animasi-nya
Rencana Dr. Emma tersebut lalu mendapat perlawanan. Mantan suaminya; Mark Russell (Kyle Chandler) bersama dengan Dr. Ishiro Serizawa (Ken Watanabe), tak setuju dengan rencana membebaskan para Titans. Karena dianggap dapat memusnahkan populasi manusia.
Namun, perlawanan Mark Russell dan Dr. Serizawa tak berjalan mulus. King Ghidorah yang memiliki ‘codename’ Monster Zero telah berhasil dilepaskan. Ghidorah merupakan sosok yang paling kuat diantara para Titans, dia memiliki tiga kepala, dan mampu menumbuhkan kepalanya kembali meski telah dihancurkan.
Dianggap tak ada yang mampu melawan King Ghidorah. Dr. Serizawa memiliki satu-satunya harapan; Godzilla, untuk menghancurkan King Ghidorah. Namun, rencana Dr. Serizawa justru mendapat perlawanan dari Mark Russell, yang menganggap Godzilla juga sebuah ancaman layaknya King Ghidorah.
Tetapi, semua sudah terjadi, pertarungan tidak bisa dielakkan. Godzilla yang memilik gen ‘Alpha’ secara alami selalu ingin menjadi yang nomor satu. Tak ada yang bisa menghalanginya untuk melenyapkan para musuhnya.
Review Godzilla: King of the Monsters
Plotnya Dibuat Tak Biasa
Belum genap separuh film, sang sutradara; Michael Dougherty sudah menyuguhkan sebuah pertarungan epik antar Titan. Bukan, bukan pertempuran antara Godzilla dengan Mothra atau Rodan, melainkan Godzilla melawan sang musuh utama; Ghidorah. Yang mana, hal ini cukup mengejutkan, karena Ghidorah merupakan musuh utama Godzilla yang lumrah-ya di lawan pada akhir film. Tebakan para penonton dan fans pun meleset.
Tentu saja hal ini terbilang cukup aneh, mengingat jika ‘klimaks’ diberikan diawal film, penonton akan memiliki harapan akan klimaks yang lebih memacu adrenalin diakhir film. Namun, sayangnya hal tersebut tidak terjadi.
Penuh Dramatisasi Yang Lebay
Drama yang disajikan didalam film juga disajikan terlalu ‘lebay’. Hubungan emosi antara Emma, Mark dan anak-anaknya dibangun terlalu mendalam. Sehingga membuatnya kehilangan bonding dengan munculnya para Titan yang mencoba memporak-porandakan kota dunia.
Dialog-dialog yang dihadirkan juga sedikit terasa datar. Beberapa kali dialog yang dimaksudkan untuk memberikan jokes, malah terdengar hambar.
Baca juga : Review Film Pariban: Idola dari Tanah Jawa – Sajian Mengecewakan dari Sineas Pembuat Love For Sale
Plot Hole pun bertebaran dimana-mana. Sebut saja momen dimana Mark tengah berada di helikopter, lalu Monthra muncul dan tiba-tiba dipergantian frame dia sudah kembali ke markas Monarch. Atau saat Mark berusaha untuk menyelamatkan anaknya yang bahkan ia tidak tahu di mana anaknya berada dan bagaimana caranya. Aneh!
Kualitas Akting Seadanya
Kualitas akting para pemerannya juga tak begitu menonjol. Vera Farmiga, yang biasanya tampil ciamik di film-film horor, kali seakan tampil seadanya. Begitu pula dengan cast-cast lainnya, seperti Kyle Chandler dan Ken Watanbe. Yang mencuri perhatian justru sosok Charles Dance yang memerankan Kolonel Jonah Alan. Dengan akses british-nya yang kental, dia mampu menghadirkan suasana yang lebih ‘serius’. Sayangnya, porsi tampil Charles Dance tak cukup lama, nasibnya dalam film ini pun masih menjadi tanda tanya. Bisa jadi hal ini dipersiapkan untuk film berikutnya; Godzilla Vs. Kong.
Tertolong Visualisai Yang Megah
Dengan segenap kekurangannya, film Godzilla: King of the Monsters masih menyisakan hal positif. Aksi pertarungan epik dengan penggunaan efek CGI-nya terlihat sangat menonjol. Meski dibuat dengan ‘color-grading’ yang sangat gelap, namun visualisasi-nya berhasil disampaikan dengan ciamik.
Adanya beberapa easter egg yang muncul; seperti Kong yang ada di Skull island. Juga cukup menjadi hiburan tersendiri, khususnya untuk para fans die hard Godzilla diluar sana.
Overall, film ini cukup menghibur (jika kalian memang sengaja mencari film dengan full-action). Namun, kami merasa film Godzilla: King of the Monsters masih terlalu jauh dari kata sempurna. Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada Sang raja para monster, sepertinya rating 6/10 layak kami berikan untuk film ini.