Green Book merupakan sebuah film yang diangkat berdasarkan kisah nyata Tony Vallelonga dan Dr. Donald Shirley. Film ini sempat memenangkan 3 Oscar di tiga kategori yaitu: Best Motion Picture of the Year, Best Performance by an Actor in a Supporting Role dan Best Original Screenplay.
Tak hanya memenangi 3 Oscar, Green Book juga menyabet juara di pagelaran Golden Globes tahun ini. Best Screenplay, Best Motion Picture dan Best Performance by an Actor in a Supporting Role. Lalu apa hebatnya film ini sehingga mampu menyabet 6 gelar paling bergengsi di dunia perfilman? Yuk kita simak di Review Green Book berikut:
Rasisme di Amerika Era 1960-an
Film Green Book bercerita tentang Tony “Lip” Vallelonga, seorang keturunan Amerika-Italia yang memiliki perilaku sangat rasis. Tony merupakan seorang bodyguard, yang tengah sedang mencari pekerjaan ketika klub malam tempatnya bekerja ditutup untuk renovasi. Karena reputasinya yang ‘baik’, Tony lalu mendapat tawaran menarik menjadi supir seorang pianis klasik keturunan Afrika-Amerika bernama Don Shirley.

Don Shirley membutuhkan supir sekaligus ‘asisten’ untuk tur konser ke kawasan Amerika selatam yang terkenal keras untuk kalangan ‘Ras kulit berwarna’. Meskipun ‘enggan’ bekerja untuk pria kulit hitam, Tony akhirnya menerima pekerjaan itu karena desakan ekonomi keluarganya.
Baca juga : The Intouchables, Film Biopik yang Epik
Tony yang Rasis, akhirnya terpaksa bekerja dengan Don Shirley dan memulai perjalanan mereka. Sebelum berangkat, mereka berdua dibekali sebuah buku berjudul “The Negro Motorist Green Book”. Buku tesebut merupakan buku panduan perjalanan aman untuk ras ‘kulit hitam’ di Amerika. Sebagai catatan, film ini bersetting tahun 1962, dimana Amerika tengah mengalami segresi rasial. Dimana Ras kulit hitam, masih dipandang sebelah mata dan diperlakukan tidak manusiawi.
Don Shirley yang terpelajar, Santun, pintar dan berkulit hitam harus bersama-sama dengan Tony yang memiliki sifat kasar, cuek, arogan dan rasis selama berminggu-minggu. Praktis mereka tidak bisa bergaul dengan sikap mereka yang saling bertentangan.
Namun, perlahan-lahan sikap Tony mulai luluh ketika seringnya melihat Don Shirley mendapat ketidakadilan yang mengerikan di sepanjang perjalanan. Begitu pula sebaliknya, Don Shirley akhirnya belajar tentang kehidupan jalanan yang keras dari Tony. Akhirnya, mereka saling menemukan rasa hormat yang membentuk tali persahabatan dan saling pengertian yang akan mengubah kehidupan mereka selamanya.
Baca juga : The Dirt, Kisah Urakan Band Motley Crue
Ditulis oleh sang anak
Film Green Book disutradarai oleh Peter Farrelly (The Three Stooges, Shallow Hal, Dumb and Dumber). Peter ditemani oleh Brian Hayes Currie dan Nick Vallelonga sebagai penulis naskahnya. Nick Vallelonga sendiri merupakan anak dari Tony ‘Lip’ Vallelonga.

Sosok Tony ‘Lip’ Vallelonga sendiri diperankan oleh Viggo Mortensen yang sebelumnya sukses lewat film The Road dan The Lord of the Rings. Viggo terlihat sangat piawai memerankan sosok Tony yang kasar, cuek dan kurang beradab. Namun, dibalik itu semua Viggo juga berhasil mengaduk-aduk emosi penonton lewat aktingnya kala harus selalu ‘mengalah’ saat berdebat dengan Don Shirley.
Sementara Sosok Don Shirley diperankan oleh Mahershala Ali (Alita: Battle Angel, Spider-Man: Into the Spider-Verse). Ali tampil begitu percaya diri sebagai Don Shirley yang cerdas dan terpelajar. Namun, Ali mampu menampilkan kebalikan karakter saat dia dalam posisi menderita dan tersakiti karena perlakuan rasis. Tak salah rasanya jika Ali mendapatkann Oscar dan Golden Globes award untuk perannya ini.
Plot Standar diimbangi oleh Naskah dan Sinematografi ciamik
Tak hanya didukung oleh keren-nya kualitas akting para pemeran utama. Film Green Book juga ditopang oleh naskah dan dialog yang tak kalah ciamik. Sepanjang film, penonton akan disuguhi dialog dan adegan yang mengundang gelak tawa sembari sesekali menyuguhkan sesuatu yang penuh elegi.
Baca juga : Review 700 Days of Battle: Us vs. the Police 2008
Sebagai gambaran, saat adegan dimana mobil yang dikendarai Tony dan Don Shirley harus menepi karena masalah mesin. Di sisi jalan, area perkebunan yang luas, banyak orang kulit hitam berpakaian lusuh yang sedang bekerja. Mereka berkumpul dan memandang ke arah Don Shirley, seakan penuh keanehan melihat orang kulit hitam di supiri oleh kulit putih. Di Adegan ini, sang sutradara juga berhasil memperlihatkan scenery-scenery indah khas interstate Amerika jaman baheula.

Walaupun bergelimang dengan keunggulan, Green Book masih menyisakan sedikit hal yang mengganjal, yaitu Plot-nya. Plot-nya dibuat begitu standar sehingga penonton awam pun mampu dengan mudah menebak alurnya. Ditambah, beberapa porsi adegan penting dibuat terlalu ‘padat’ sehingga penonton mungkin akan kehilangan beberapa poin penting dalam film. Namun, hal ini masih dalam batas pemakluman, karena memang perihal Plot, bagai buah simalakama dalam penggarapan film Biografi. Disatu sisi, sutradara harus menyampaikann cerita berdasarkan kisah nyata, tanpa meleset. Disisi lain, durasi dan sumber cerita yang valid akan selalu menjadi halangan.
Overall, Review Green Book memang layak memenangkan banyak penghargaan di Oscar maupun Golden Globe. Film-nya dipenuhi gelak tawa dan derai air mata. Worth to watch!
Setelah membaca Review Green Book apakah kalian akan menonton film ini? Buat yang sudah nonton yuk share pendapat kalian di kolom komentar dibawah.