Review In The Heart of The Sea, Film Maritim dengan Visual yang Memanjakan Mata

Review In The Heart of The Sea – Pernah ada jargon yang bunyi-nya begini; “We understand more about space than our own sea”. Konon katanya, kita lebih memahami angkasa luar daripada lautan yang ada di bumi.

In The Heart Of Sea, sebuah film yang bersetting di Amerika pada tahun 1800-an, dibintangi oleh Chris Hemsworth, Benjamin Walker dan Cillian Murphy. Film ini bercerita tentang perjalanan sebuah kapal pemburu paus bernama ‘Essex’ yang tenggelam karena paus putih raksasa, tentang ambisi dan pembalasan dendam.

Diawal film dikisahkan seorang penulis bernama Herman Melville (Ben Whishaw) datang kerumah seorang pria tua yang merupakan salah satu (satu-satunya) korban selamat dari kapal Essex yang tenggelam. Motivasi si Melville adalah ingin mengetahui tentang apa yang terjadi sebenarnya dengan Essex dan para awaknya. Karena, berita yang tersebar di masyarakat selama ini simpang siur dan masih misterius.

Okey, sampai sini saya bakal interupsi sebentar mengenai si Herman Melville ini. Tokoh ini sebenernya memang benar-benar nyata adanya. Doi adalah seorang penulis kenamaan Amerika yang banyak menulis novel-novel keren, salah satu yang paling ciamik adalah Novel dengan judul Moby-Dick. Nah, Moby-Dick ini adalah julukan untuk seekor paus putih raksasa yang jadi buruan banyak orang didalam novel tersebut. Jadi, adegan diawal film ini merupakan sebuah ‘key-plot’ yang menjelaskan bahwasanya cerita di film inilah yang nantinya bakal menginspirasi novel Moby-Dick.

Review in the heart of the sea

Kembali ke topik. In The Heart Of Sea punya banyak plot mundur, dimana tokoh Herman Melville melakukan wawancara kepada Tom Nickerson Tua (Brendan Gleeson) yang secara dramatis akhirnya terbujuk untuk menceritakan semuanya.

Berawal dari Owen Chase (Chris Hemsworth) seorang kelasi senior yang sangat berambisi ingin menjadi seorang kapten kapal. Sementara akibat garis keturunan yang bukan pelaut, doi harus mengalah dengan George Pollard (Benjamin Walker) yang merupakan keturunan pelaut handal, walaupun pada kenyataanya dia hanyalah pelaut pemula.

Penuh dengan Konflik

Diawal film, sang sutradara; Ron Howard (Rush, Da Vinci Code, Apollo 13) sudah menyajikan konflik kepada penonton, yaitu perebutan kepentingan antara Owen Chase dengan Pollard yang sama-sama ingin menguasai kapal dan awaknya. Bagusnya si Owen ini sedikit bijaksana, ia akhirnya mengalah, dan tunduk kepada kapten Pollard walau sejatinya doi lebih punya banyak pengalaman melaut.

Review in the heart of the sea

Baca juga : Review Stuber, Film Action-Comedy dengan Premis Ciamik, Namun Dieksekusi Secara Tanggung

Konflik keduanya terus berlangsung hingga akhirnya mereka mendapatkan tangkapan pertama yang ternyata tidak sesuai harapan. Berbulan-bulan kemudian mereka berlayar tanpa menghasilkan tangkapan apapun. Oiya, pada jaman itu paus diburu untuk diambil minyak (dari lemaknya) yang biasa dijadikan bahan bakar.

Harapan kemudian kembali datang saat mereka bertemu pelaut spanyol yang bilang kalau di laut pasifik terdapat banyak ikan paus, yang notabene lokasi tersebut sangat jauh dari lokasi mereka. Dan untuk pertama kalinya, mereka berdua; George Pollard dan Owen Chase sependapat. Tapi, harapan tinggal harapan saat sampai disana, kapal mereka harus hancur oleh seekor ikan paus putih raksasa. Dari, sana George Pollard dan Owen Chase beserta awaknya  harus hidup berbulan-bulan dalam sekoci. Tragisnya, mereka sampai harus saling makan agar tetap bisa bertahan hidup.

Kurang Chemistry antar Tokoh Utama

Chris Hemsworth memerankan tokoh Owen Chase dengan sangat baik, sayangnya entah kenapa lawan mainnya; Benjamin Walker yang memerankan George Pollard malah tampil tanpa taji. Mereka berdua terlihat seperti tidak memiliki chemistry, padahal hampir separuh film mereka selalu berada dalam satu frame.

Chemistry justru terbentuk lebih solid antara Chris dengan Gillian Murphy (Matthew Joy) yang punya frame tayang lebih sedikit daripada Chris-Benjamin.

Visual Ciamik

Tapi, kekurangan tersebut terbayar oleh plot cerita yang tidak membosankan dan penuh kejutan. Plot-nya dibuat ringan namun tetap mampu membuat penonton merinding. Apalagi suguhan efek digital yang nyaris menyaingi “Life Of Phi”-nya Ang Lee dan sinematogarfi yang keren, membuat kialitas akting para aktornya dengan mudah dilupakan. Sudut pandang kamera yang diambil dengan menggunakan banyak angle yang tak lazim, membuat tampilan visual film ini semakin ciamik.

Review In The Heart of The Sea
Review In The Heart of The Sea

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *