Review Naga Bonar Reborn – Naga Bonar adalah sebuah cerita legenda dalam dunia perfilman Indonesia. Naga Bonar sendiri merupakan cerita yang diciptakan oleh sastrawan, sutradara, dan penulis skenario ternama di Indonesia, Asrul Sani.
Naga Bonar sendiri pertama kali difilmkan di tahun 1987 dengan bintang utama Deddy Mizwar.
Di tahun 2019, Naga Bonar kembali difilmkan dengan judul Naga Bonar Reborn. Kali ini, Deddy Mizwar tidak lagi memerankan sosok “Jenderal Copet” tersebut. Kali ini, sosok Naga Bonar diperankan oleh Gading Marten.

Film Naga Bonar Reborn merupakan karya Rumah Produksi Gempita Tjipta Perkasa yang disutradarai oleh Dedi Setiadi (For your info, dia ini sutradara dari film cult termasyhur Indonesia: Azrax!).
Film Naga Bonar Reborn dibintangi juga oleh Citra Kirana, Rifky Alhabsy, Ence Bagus, Rita Matu Mona, Elly Sugigi, Donny Damara serta penampilan khusus dari Roy Marten, Ray Sahetapy dan Puan Maharani.

Film Naga Bonar Reborn berkisah tentang Naga Bonar (Gading Marten) yang sejak kecil tinggal di kampung berangkat merantau meninggalkan ibunya untuk mencari kerja di Medan.
Sempat dituduh copet karena ulah musuh bebuyutannya sejak kecil, Mariam (Roby Tremonti), yang mencopet dompet Kirana (Citra Kirana), putri seorang terpandang yang cantik.
Naga yang saat itu juga jatuh cinta dengan Kirana mendapatkan kenyataan pahit karena melihat Kirana bertunangan dengan seorang Kapten Belanda, Bastian (Delano Daniel).

Baca juga : Review Film Susi Susanti-Love All: Film Biopik Bertema Olahraga yang Menarik
Dibakar api cemburu ditambah lagi melihat rekannya Lukman (Rifky Alhabsy) yang pandai dan menjadi pejuang kemerdekaan, membuat Naga tidak ragu lagi untuk ikut menjadi pejuang.
Sampai akhirnya Belanda menyerah yang membuat Naga merasa peluangnya untuk mendapatkan cinta Kirana makin terbuka lebar. Sayangnya Jepang ganti merebut kekuasaan Belanda, termasuk merebut Kirana untuk dijadikan istri oleh perwira Jepang.
Masalah makin pelik saat Mariam juga ikut naksir pada Kirana dan menjadikan konsentrasi Naga terpecah antara perang atau meraih cinta.
Di tengah keruwetannya, Ibu Naga (Rita Matu Mona) kembali hadir dan menggrecoki permasalahan Naga yang kini sudah menjadi pemimpin pasukan perjuangan.

Jika ditilik sejarah, Film Naga Bonar versi 1987 adalah film berkategori legendaris dalam khasanah perfilman Indonesia.
Film ini bahkan pernah mendapatkan banyak penghargaan dari Festival Film Indonesia di tahun 1987, termasuk kategori film terbaik dan aktor pemeran utama terbaik untuk Deddy Mizwar sebagai Naga Bonar.
Memikul beban berat semacam itu, film Naga Bonar Reborn akhirnya juga punya banyak masalah sepanjang proses produksinya.

Masalah itu berkaitan dengan hak kekayaan intelektual serta hengkangnya para kru di awal film. Tak heran, proyek film Naga Bonar Reborn juga menimbulkan banyak keraguan bagi para pecinta film untuk menyaksikannya.
Keraguan-keraguan ini adanya benar terjadi. Pasalnya, 15 menit awal di film Naga Bonar Reborn mencoba menyajikan awal cerita yang berbeda.
Baca juga : Review Ratu Ilmu Hitam, Visual Memanjakan dengan Plot Cerita Seadanya
Ada faktor cerita masa kecil seorang Naga Bonar yang tidak diceritakan dalam film Naga Bonar versi tahun 1987 yang ditampilkan. Faktor cerita masa kecil ini sebenarnya bisa sangat dramatis, hanya saja eksekusinya terasa serba “tanggung”.
Setelah 15 menit awal film Naga Bonar Reborn, plotnya berjalan sangat cepat hingga terasa “kacau-balau”. Konflik yang dibangun terasa sangat “tanggung”, baik antara Naga dengan Mariam maupun antara pasukan Naga dengan pasukan Belanda yang tersisa.
Film Naga Bonar Reborn mempunyai konflik antara Naga melawan Mariam yang terhitung receh dan dikonklusikan kelewat mudah. Ini semakin menunjukkan kelemahan naskah.
Sungguh sangat disayangkan sekali film dengan karakter ikonik sebagai penggerak plot ini memiliki naskah yang tidak matang dan mementahkan segala potensi yang ada.

Sejak Naga dewasa tiba di Medan, film ini bergerak dengan plot yang ngebut tanpa sisipan momen dramatisasi pemantik emosi penonton. Film Naga Bonar Reborn tampak tidak bisa mengalirkan kisah yang mengikat berkat plot serba ngebut di dalam naskah.
Karakter Naga yang menjadi sentral cerita dibuat ke sana, ke sini, bertingkah begini, begitu tanpa menggunakan transisi adegan yang menarik. Nyaris tidak ada adegan berkesan di dalam film, termasuk adegan yang dibuat sama dari versi film terdahulunya.
Sementara itu, dari sisi akting, penampilan paling menonjol diperlihatkan oleh Rita Matu Mona sebagai ibu Naga yang keras dan ceplas-ceplos serta Roby Tremonti sebagai Mariam yang mengesalkan. Adapun, Gading Marten yang memerankan Naga Bonar juga tampil cukup baik.

Meskipun sulit menyamai Naga versi Deddy Mizwar, namun Gading menghadirkan sisi Naga Bonar yang berbeda.
Naga Bonar di tangannya memang masih menjadi karakter yang lugu tapi sok tahu, tetapi tidak lagi berkarakter cengeng. Ini menjadi pembeda karakter yang paling menonjol, walau berpotensi tidak seikonik Naga Bonar dahulu.
Selain mereka bertiga, penampilan cast-cast lainnya dalam film Naga Bonar Reborn tampil sangat buruk. Apalagi, penampilan spesial dari Puan Maharani yang tidak jelas tujuannya.
Baca juga : Review Film Love for Sale 2: Kompleksitas Romansa Berujung Drama Keluarga
Kehadiran Puan Maharani yang tiba-tiba menampilkan pidato nan “heroik” seperti tidak punya makna. Pasalnya, sebelum adegan tersebut tidak ada background story sama sekali mengenai karakter yang dimainkan Puan Maharani.
Adapun, CGI yang ditampilkan pada film Naga Bonar Reborn terasa tidak tepat guna. Contoh CGI yang ada seperti bambu runcing (yang ditampilkan di trailer) dan di adegan-adegan lainnya yang sebenarnya bisa di-shoot secara nyata apabila tidak terlalu “malas” dalam proses produksi film ini.
Overall, Naga Bonar Reborn hanya pantas diberikan rating sebesar 2.5/10 karena naskah “sampah” yang tidak digarap dengan serius sehingga film ini terasa seperti sebuah penghinaan besar bagi cerita mahakarya dari Asrul Sani.